Jakarta - Siapa sangka orang bisa kaya dan sukses dari bisnis jualan kardus. Adalah Andreas Chaiyadi, warga Singkawang kini bisa dikatakan sukses berbisnis kardus.
Andreas sudah hidup mandiri jauh dari orang tua. Selepas SMP merantau ke Yogyakarta. Ia terkenal gigih, sembari kuliah di Jurusan Tehnik Elektro UI, ia berjualan buku ensiklopedia. Kegigihan itu yang membawanya sukses di dunia kerja sebagai tenaga pemasaran produsen kotak karton, PT Sarana Kemas Utama.
Bekal pengalaman bekerja di industri karton kardus menjadi bekalnya untuk memulai bisnis kardus yang kini sukses dijalaninya.
Mengutip umkmjogja.com, Andreas mengaku sempat menolak tawaran beberapa perusahaan untuk bekerja di tempatnya. Ia memilih membuka bisnis sendiri bersama seorang rekannya bernama Johanes Djafar.
"Karena lihat potensi usaha kotak karton, kami memikirkan, kenapa tak buka usaha ini sendiri," cetus Andreas dikutip dari umkmjogja.com, Kamis (9/8/2018).
Dengan menyetor modal masing-masing Rp 15 juta, Andreas memulai buka kantor di tempat tinggalnya yang ada di lokasi Grogoldibantu dua orang karyawan untuk menolong.
Pada tahun pertama, PT Dwi Aneka Kemasindo, perusahaan baru punya Andreas serta Johanes, cuma menggerakkan aktivitas perdagangan.
"Kami terima order kotak karton serta memesannya segera ke pabrik," kata Andreas.
Kotak karton yang dipesan umumnya digunakan untuk mengemas beberapa barang elektronik atau produk konsumsi. Usaha paket yang dilakoninya pun terus meningkat.
Seiring perkembangan bisnisnya, Andreas pun menyewa gudang seluas 300 meter persegi di Dadap, Jakarta Barat. Alumni Tehnik Elektro UI ini dapat membeli beberapa mesin, seperti mesin potong, mesin lipat serta mesin paku.
"Bahan baku lembaran karton tetap dibeli dari pabrik," tutur dia.
Pada tahun ke-2, Andreas memindahkan gudangnya ke daerah Kapuk Peternakan. Di sana, ia menyewa gudang seluas 800 meter persegi serta membeli beberapa mesin untuk cetak warna. Waktu itu, bisnis Andreas sudah berkembang dengan jumlah karyawan mencapai 50 orang.
Pada kurun 1999 sampai 2000, bersamaan dengan krisis moneter, usaha PT. Dwi Aneka Kemasindo malah melesat.
"Di satu segi, krismon memanglah dapat bikin perusahaan berhenti, tetapi dapat pula bikin perusahaan lebih bagus," tutur dia.
Satu diantara keuntungan PT. Dwi Aneka Kemasindo waktu krismon, kata Andreas, dapat menumpuk laba dalam jumlah besar.
Menyusutnya keyakinan waktu krismon, membuat banyak pelaku usaha lakukan pembayaran dalam wujud tunai. Di samping itu, pelaku usaha juga tidak lagi memikirkan masalah harga, yang utama adalah ketersediaan barang.
Dari keuntungan berlipat itu, Andreas dapat beli tempat untuk pabrik, seluas 2. 500 meter persegi di Pantai Indah Dadap. Ia juga beli mesin cetak tiga warna tipe otomatis.
Lolos dari badai krismon, usaha Andreas pernah terempas oleh banjir Jakarta pada 2001. Banjir besar itu merendam pabrik sampai sepinggang orang dewasa.
"Bahan baku satu pabrik habis, seluruhnya mesin terendam," kenangnya
Untungnya, beberapa penyuplai bahan baku memberinya keleluasaan dalam pembayaran. PT. Dwi Aneka Kemasindo akhirnya bisa menutup kerugian akibat banjir dalam kurun waktu enam bulan.
Pada 2002, Andreas mulai menerima order offset printing, berbentuk starter pack dari perusahaan seluler. Pesanan yang selalu berulang dari beberapa clientnya bikin perjalanan usaha stabil.
Andreas terbawa dalam zona nyaman. Alhasil Andreas tidak waspada ada ancaman yang datang. Saat satu diantara pelanggan mengalihkan pesanan, Andreas pun tersadar.
Baru pada 2009, Andreas membeli pabrik offset printing di Jatake, Tangerang. Lalu, pada 2011 membeli PT Super Kemas Utama, produsen karton lembaran.
Saat ini, dengan beberapa pabrik, paling akhir di buka di Jatiuwung Tangerang, Andreas dapat mengantongi omzet sampai Rp 184 miliar/tahun.
Dari dua orang, saat ini ia telah mempekerjakan 1.000 karyawan.
EmoticonEmoticon